![]() |
| Banyuwangi Ethno Carnival yang diselenggarakan pada Tahun 2012 (foto: Istimewa) |
zonamerdeka.com - Kabupaten Banyuwangi terus menegaskan eksistensinya sebagai kota festival budaya melalui gelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang telah berlangsung sejak tahun 2011 hingga 2025.
Festival tahunan ini menjadi simbol kekayaan tradisi, kreativitas masyarakat, dan daya tarik pariwisata Banyuwangi yang mendunia.
Banyuwangi Ethno Carnival dikenal sebagai parade kostum budaya yang megah, dengan desain busana yang memadukan unsur etnik lokal dan sentuhan kontemporer. Ribuan peserta dari berbagai daerah tampil memukau di hadapan masyarakat dan wisatawan dengan kostum tematik yang mencerminkan warisan budaya Suku Osing, Jawa, Bali, Madura, hingga pengaruh budaya global.
BEC pertama kali digelar pada tahun 2011 sebagai bagian dari program transformasi pariwisata Banyuwangi. Kala itu, Banyuwangi masih belum dikenal luas sebagai destinasi wisata utama. Namun berkat konsistensi dan inovasi, Banyuwangi Ethno Carnival kini menjadi ikon budaya yang masuk dalam kalender nasional dan internasional.
Sejak awal, BEC mengusung konsep karnaval jalanan dengan busana kolosal, atraksi musik tradisional, dan penampilan seni lokal. Setiap tahun, festival ini mengangkat tema berbeda, seperti Gandrung, Usingnese Royal Wedding, The Mystic of Barong, hingga Spirit of Majapahit.
BEC tidak hanya menjadi panggung budaya, tetapi juga wadah eksplorasi bagi anak muda kreatif Banyuwangi. Para desainer lokal diberi ruang untuk merancang kostum etnik megah yang kini menjadi inspirasi fashion etnik nasional.
Festival ini juga menjadi peluang ekonomi bagi pelaku UMKM, pengrajin, dan seniman lokal. Industri kreatif di bidang fashion, makeup artist, panggung hiburan, hingga kuliner ikut terdongkrak berkat gelaran BEC yang menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya.
Di tahun 2025, Banyuwangi Ethno Carnival kembali digelar dengan semarak. Acara ini menampilkan inovasi baru dalam desain kostum, tata panggung, hingga penggunaan teknologi digital dalam promosi dan penyiaran. BEC 2025 mengangkat tema "Ngelukat", sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah dan kearifan lokal Banyuwangi.
BEC 1 tahun 2011
Pada awal Banyuwangi Ethno Carnival diselenggarakan dengan tema "Ikon Kesenian Banyuwangi". Banyuwangi Ethno Carnival pertama digelar di Banyuwangi pada tanggal 22 Oktober 2011.
Peserta dengan kostum warna-warni berjalan sepanjang jalan protokol kota Banyuwangi. Peserta berasal dari siswa SMA di Kabupaten Banyuwangi. Karnaval ini dibagi menjadi 3 defile yakni Damarwulan, Gandrung dan Kundaran.
BEC 2 - 2012: Re-Barong Using
Dilaksanakan pada 18 November 2012. Memakai rute yang sama namun dengan peserta yang lebih banyak. Banyuwangi Ethno Carnival kali ini mengusung tema Re-Barong Using, yakni kostum peserta memakai pernak pernik barong khas Using (Banyuwangenan).
Peserta dibagi menjadi 3 defile yakni. Defile Barong Merah sebagai perlambangan semangat dan keberanian, Barong Kuning yang melambangkan harapan dan Barong hijau dengan makna kesuburan. Ada juga tamu dari Jember Fashion Carnaval yang ikut ambil bagian dalam event ini.
BEC 3 (2013): The Legend of Kebo-keboan.
Dilaksanakan pada 7 September 2013. Kala itu mengusung salah satu budaya di Banyuwangi yakni Kebo-keboan. Budaya Kebo-keboan ini berasal dari Desa Alasmalang, Banyuwangi yang terbagi menjadi 3 defile yakni Kebo Geni dengan busana yang didominasi warna merah, Kebo Bayutirta berwarna biru, dan Kebo Bumi dengan kombinasi warna coklat dan kuning. Defile tersebut diambil sebagaimana berdasarkan elemen kehidupan.
BEC 4 (2014): The Mystic Dance of Seblang.
Dilaksanakan pada 22 November 2014. Banyuwangi Ethno Carnival yang ke-4 ini digelar dengan konsep Seblang (penari dengan kondisi tak sadar/tertidur) dan memiliki 2 Panggung, di mana panggung utamanya berada di Taman Blambangan.
Dibagi menjadi 3 defile yakni Seblang Olehsari, Seblang Bakungan dan Porobungkil. BEC ke-4 ini diikuti juga oleh BEC cilik yakni kostum mini BEC yang dikenakan oleh siswa siswi Sekolah Dasar.
BEC 5 (2015): The Usingnese Royal Wedding.
Dilaksanakan pada 17 Oktober 2015. Mengangkat Konsep Pengantin di Suku Using. Dibagi menjadi 3 defile yakni Mupus Braen Blambangan, Sembur Kemuning, dan Sekar Kedaton Wetan. BEC ke 5 ini juga diikuti oleh BEC cilik.
BEC 6 (2016): The Legend of Sritanjung Sidopekso
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 12 November 2016. Mengangkat tema legenda rakyat di Kerajaan Sindurejo yang menceritakan asal usul nama Banyuwangi. dibagi menjadi 3 Defile yakni, Sidopekso, Sritanjung dan Sulah Hadi Kromo. BEC ke 6 ini juga diikuti oleh BEC cilik dengan defile flora fauna alaspurwo.
BEC 7 (2017) : The Majestic of Ijen
BEC itu dilaksanakan pada 11 November 2017. Menggambarkan suasana Kawah Ijen yang menjadi destinasi wisata favorit di Banyuwangi. dibagi menjadi 3 Defile yakni : Belerang, Bluefire dan Landscape pemandangan Ijen. BEC ke -7 juga diikuti oleh BEC cilik dengan defile : Flora Fauna di Kawasan Ijen.
BEC 8 (2018): Puter Kayun
Pada 29 Juli 2018, tema Puter Kayun mengangkat tradisi kuno Kelurahan Boyolangu. Parade ini mengenang perjalanan Ki Buyut Jakso yang membuka jalur utara Banyuwangi.
BEC 9 (2019): The Kingdom of Blambangan
Pada 27 Juli 2019, tema The Kingdom of Blambangan mengingatkan kejayaan Kerajaan Blambangan.
BEC 10 (2022): Diversity of Banyuwangi Culture
Setelah dua tahun vakum karena pandemi, BEC kembali pada 2022 dengan tema Diversity of Banyuwangi Culture, menunjukkan keragaman budaya Banyuwangi yang hidup damai berdampingan.
BEC 11 (2023): The Majestic of Ijen Geopark
Pada 2023, BEC mengangkat tema The Majestic of Ijen Geopark, mengenalkan Gunung Ijen sebagai bagian dari UNESCO Global Geopark.
Tema ini dibagi dalam tujuh subtema: Ijen, Pulau Merah, Parang Ireng, Lider, Sukamade, Sembulungan, dan Alas Purwo.
BEC 12 (2024): Ndaru Ndeso
Pada tahun 2024, BEC hadir dengan tema Ndaru Ndeso, Revival of Village. BEC tahun ini akan digelar pada 9 hingga 14 Juni 2024 mendatang dengan menampilkan peserta terbaik dari 144 desa di wilayah Kabupaten Banyuwangi. ***
