Dok : Ketua BEM STAISAR Aceh Singkil, Syahrul Amri Syahputra S
ACEH SINGKIL, Zonamerdeka.com – Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam Syekh Abdurrauf (STAISAR) Aceh Singkil, Syahrul Amri Syahputra S, akhirnya buka suara soal viralnya video mahasiswa berjoget saat aksi damai di depan Gedung DPRK Aceh Singkil, Kamis (4/9/2025).
Syahrul menegaskan, cuplikan video yang beredar hanyalah potongan kecil dari rangkaian aksi. Menurutnya, publik seharusnya lebih menyoroti substansi tuntutan mahasiswa dibanding mengomentari gerakan spontan yang terjadi di lapangan.
> “Jika aksi kami menimbulkan kesan kurang baik terhadap Syariat Islam, saya atas nama mahasiswa STAISAR meminta maaf. Itu akan jadi bahan evaluasi ke depan. Tapi yang perlu digarisbawahi, seharusnya yang disorot bukan joget, melainkan isi tuntutan mahasiswa,” tegas Syahrul, Sabtu (6/9/2025).
Ekspresi Kekecewaan Atas Kondisi Daerah
Menurut Syahrul, aksi joget itu lahir sebagai bentuk ekspresi spontan kekecewaan mahasiswa terhadap kondisi Aceh Singkil yang kian memprihatinkan.
“Kami muak melihat kenyataan: kemiskinan meningkat, harga kebutuhan pokok melonjak, lapangan kerja minim, pelanggaran aturan dibiarkan, dan infrastruktur rusak parah hingga menelan korban jiwa. Apakah salah kalau kami berekspresi di depan pemerintah yang dulu minta mandat rakyat?” ucapnya lantang.
Bukan Serangan Personal, Tapi Kritik Kebijakan
Syahrul menekankan bahwa ekspresi mahasiswa itu tidak ditujukan kepada personal pejabat, melainkan sebagai kritik terhadap kebijakan dan kinerja pemerintah.
“Jangan sampai isu joget ini dipakai untuk menutupi substansi tuntutan kami. Mahasiswa STAISAR siap terus mengawal perjuangan masyarakat Aceh Singkil,” katanya.
Mahasiswa Bukan Hanya Soal Agama
Lebih jauh, ia juga membantah anggapan bahwa mahasiswa STAISAR hanya fokus pada isu keagamaan. Menurutnya, mahasiswa punya tanggung jawab moral, sosial, dan intelektual sebagai agen perubahan.
“Hari ini saya tegaskan, mahasiswa STAISAR bukan hanya unggul di bidang agama, tapi juga kritis terhadap ketidakadilan. Kami adalah agent of change, social control, dan iron stock bagi daerah ini. Hidup mahasiswa!” tutup Syahrul.
