Notification

×

Iklan

Iklan

Opini Publik : "Brain Brot" Ancaman Nyata Bagi Generasi Emas Indonesia Tahun 2045 Oleh Maimudin Tanjung

08 Mei 2025



ACEH SINGKIL, Zonamerdeka.com -- Negara Indonesia sedang hadapi paradoks serius di masa mendatang, bahwa saat ini generasi muda yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa  justru terancam oleh fenomena baru bernama. "Brain Rot". 


Istilah tersebut dinobatkan Oxford Dictionary sebagai Word Of The Year pada tahun 2024 lalu. fonemena menggambarkan penurunan kemampuan kognitif akibat paparan konten digital berkualitas rendah.


"Jika tidak segera diatasi, ancaman ini bisa menggagalkan Visi Indonesia Emas 2045.


Paradoks teknologi dan kemajuan teknologi seharusnya menjadi jembatan kemajuan. Dengan penetrasi internet mencapai 74,6% dan 143 juta pengguna aktif media sosial, potensi besar ada ditangan generasi Z dan Milenial yang mendominasi dunia digital. 


Namun, mereka justru tenggelam didalam konten dangkal seperti video pendek adiktif dan informasi tak terverifikasi, yang lebih menyamarkan potensi intelektual daripada mengasahnya.


Hal ini terdampak didunia pendidikan. Data PISA 2022 menunjukkan skor Indonesia di Matematika (379), Membaca (371), dan juga Sains (398) jauh dibawah rata-rata OECD. 


Ini menempatkan Indonesia di peringkat 68 dari 81 negara. Ini mencerminkan lemahnya kemampuan berpikir kritis dan literasi ilmiah generasi muda. 


Akibat kecanduan konten instan membuat pelajar menjadi konsumen pasif, bukan lagi pembelajar aktif, sehingga potensi mereka terus tergerus.


Ancaman ini sangat ternyata terhadap Visi Indonesia Emas 2045. Disaat Indonesia akan merayakan usia emasnya dengan 70% dari penduduk usia produktif, bonus demografi seharusnya menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia.


Namun, jika tren "Brain Rot" berlanjut, maka generasi muda yang kehilangan kemampuan berpikir kritis tidak akan mampu menghadapi tantangan kompleks seperti perubahan iklim dan persaingan global, sehingga masa depan Indonesia berisiko stagnasi.


Peran ganda teknologi teknologi seperti AI dan digitalisasi yang memiliki potensi untuk memperkaya pembelajaran dengan materi yang di personalisasi. 


"Sayangnya, banyak pelajar dan akademisi menyalahgunakannya sebagai jalan pintas, misalnya meminta chatbot menulis tugas tanpa memahami esensi. Ini menunjukkan teknologi bisa menjadi ancaman jika tidak digunakan bijak, berbeda dengan negara lain yang memanfaatkan AI untuk memperdalam pemahaman.


Langkah Nyata Mengatasi “Brain Rot” untuk membalikkan tren ini, jadi diperlukan langkah konkret:


1. Revisi Kurikulum: Fokus pada kemampuan problem solving, debat, dan proyek kreatif untuk melatih berpikir kritis.


2. Literasi Digital Kritis: Ajarkan selektivitas konsumsi konten dan kemampuan fact-checking.


3. Regulasi Konten Berbahaya: Pemerintah harus memperketat filter algoritma agar konten tak bermutu tidak memicu kecanduan.


4. Teknologi Sebagai Pendamping belajar: Gunakan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti proses berpikir.


Melalui intervensi cepat dan terpadu, untuk generasi muda Indonesia, agar dapat bangkit sebagai inovator kreatif, bukan konsumen yang pasif.


Ini kunci untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju dengan sumber daya manusia unggul dan berdaya saing tinggi.


Tulisan ini sudah disusun dengan gaya bahasa yang jelas, informatif, dan menarik untuk pembaca media online, sesuai dengan kiat menulis artikel populer yang efektif.


Sebagai pegiat media sosial, Maimudin Tanjung berharap generasi muda Indonesia dapat menggunakan teknologi dan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab. 


Ia mengajak semua pihak untuk membangun ruang digital yang sehat, produktif, dan juga penuh edukasi, bukan sekedar menjadi tempat konsumsi konten dangkal yang merusak kemampuan berpikir kritis. 


Maimudin menegaskan pentingnya literasi digital yang kuat agar generasi muda mampu memilah informasi, menghindari hoaks, dan memanfaatkan teknologi menjadi alat untuk pemberdayaan, bukan hanya hiburan instan.


"Berfikir optimis dengan kesadaran kolektif dan intervensi yang tepat, generasi muda Indonesia bisa bangkit menjadi inovator kreatif yang membawa bangsa ini menuju Indonesia Emas 2045. 


“Mari kita gunakan media sosial sebagai alat sarana untuk berbagi gagasan positif dalam membangun masa depan yang lebih baik, dan bukan sebagai arena perpecahan atau konsumsi pasif,” Lugasnya. (Sakdam Husen)





ikuti zonamerdeka.com di Google News

klik disini


close